PASAR
TRADISIONAL vs PASAR MODERN
A.
Pengertian Pasar
Pengertian
pasar secara konkret adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan. Dalam ilmu ekonomi, pengertian pasar
lebih dititikberatkan pada kegiatan jual belinya. Oleh karena itu pengertian
pasar adalah Tiap terjadinya transaksi antara penjual dengan pembeli ataupun
Tiap terjadinya transaksi supply/demand antara penjual dan pembeli sehingga
terjadi kesepakatan harga, penjual mau melepaskan barang/dagangannya dan
pembeli mau membayar pada harga tertentu.
Syarat-syarat
terbentuknya pasar:
1 Adanya
penjual
2 Adanya
pembeli
3 Adanya
barang atau jasa yang diperjualbelikan
4 Terjadinya
kesepakatan antara penjual dan pembeli
B.
Fungsi
Pasar
1
Fungsi Distribusi
Dalam
kegiatan distribusi, pasar berfungsi mendekatkan jarak antara konsumen dengan
produsen dalam melaksanakan transaksi. Dalam fungsi distribusi, pasar berperan
memperlancar penyaluran barang dan jasa dari produsen kepada konsumen.
2
Fungsi Pembentukan Harga
Pasar
berfungsi sebagai pembentuk harga pasar, yaitu kesepakatan harga antara penjual
dan pembeli.
3
Fungsi Promosi
Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang promosi.
Pelaksanaan promosi dapat dilakukan dengan cara memasang spanduk, membagikan
brosur, membagikan sampel.
C.
Bentuk Pasar Konkret Menurut Manajemen
pengelolaan
Pasar
Konkret menurut manajemen pengelolaan terdiri dari:
1
Pasar tradisional: Dalam pasar tradisional, pembeli dilayani langsung oleh penjual,
sehingga dimungkinkan masih terjadi tawar menawar harga. Contoh pasar
Beringharjo di Yogyakarta, pasar Johar di Semarang, pasar minggu di Jakarta.
2
Pasar modern: Dalam pasar modern, pelayanan dilakukan secara mandiri dan
dilayani oleh pramuniaga misalnya di Carrefour.
D.
Pengertian Pasar Tradisional
Pasar
tradisional adalah pasar yang dalam pelaksanaannya bersifat
tradisional dan ditandai dengan pembeli serta penjual yang bertemu secara
langsung. Proses jual-beli biasanya melalui proses tawar menawar harga, dan
harga yang diberikan untuk suatu
barang bukan merupakan harga tetap, dalam arti lain masih dapat ditawar, hal ini sangat berbeda dengan
pasar modern. Umumnya, pasar
tradisional menyediakan bahan-bahan pokok serta keperluan rumah tangga. Lokasi
pasar tradisional dapat berada ditempat yang terbuka atau bahkan dipingir
jalan.
E.
Kondisi Pasar Modern dan Pasar tradisional
Di Indonesia pangsa pasar dan kinerja usaha pasar
tradisional menurun, sementara pada saat yang sama pasar modern mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Saat ini pasar modern berkembang semakin pesat.
Banyaknya investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia untuk mendirikan
pasar modern juga semakin banyak. Hal ini menyebabkan keberadaan pasar
tradisional terancam. Berbedanya fasilitas yang ada juga menyebabkan pasar
tradisional kurang diminati. Kondisi pasar yang kumuh dan kotor juga merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan kurang diminatinya pasar tradisional. Sangat
berbanding terbalik dengan kondisi pasar modern. Banyak promo yang menggiurkan
menyebabkan banyaknya peminat untuk berbelanja di pasar modern. Dinginnya
ruangan juga salah satu faktornya. Selain itu barang yang ada di pasar modern
lebih lengkap. Serta jika ditinjau dari segi keamanan juga lebih aman
berbelanja di pasar modern.
F. Nasib
Pasar Tradisional Saat Ini
Menurunnya kinerja pasar tradisional selain disebabkan oleh
adanya pasar modern, penurunannya justru lebih disebabkan oleh lemahnya daya
saing para kegiatan tradisional. Kondisi pasar tradisional pada umumnya
memprihatinkan.Banyak pasar tradisional yang tidak terawat. Sehingga dengan
berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh pasar modern kini pasar tradisional
terancam oleh keberadaan pasar modern.Kelemahan tersebut telah menjadi karakter
dasar yang sangat sulit di ubah. Faktor desain dan tampilan pasar. Serta
atmosfir, tata ruang, tata letak. Selain itu,keragaman dan kualitas barang,
promosi pengeluaran, jam operasional pasar yang terbatas. Dan
optimalisasi pemanfaatan ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar
tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modern.
Diantara berbagai kelemahan yang telah disebutkaan pasar
tradisional juga memiliki beberapa potensi kekuatan. Terutama kekuatan sosio
emosional yang tidak dimiliki oleh pasar Modern. Kekuatan pasar tradisional
dapat dilihat dari beberapa aspek . Aspek-aspek tersebut diantaranya harganya
yang relatif lebih murah dan bisa ditawar, dekat dengan pemukiman, dan
memberikan banyak pilihan produk segar. Kelebihan lainnya adalah pengalaman
berbelanja memegang langsung produk yang umumnya masih sangat segar. Akan
tetapi dengan adanya hal tersebut bukan berarti pasar tradisional bukan tanpa
kelemahan. Selama ini justru pasar tradisional lebih dikenal memiliki banyak
kelemahan, antara lain kesan bahwa pasar terlihat becek, kotor, bau, dan
terlalu padat lalu lintas pembelinya. Ditambah lagi ancaman bahwa keadaan
sosial masyarakat yang berubah, dimana wanita diperkotaan umumnya berkarier
sehingga hampir tidak mempunyai waktu untuk berbelanja ke pasar tradisional.
G.
Faktor yang Mempengaruhi
Barang yang dijual di pasar modern
memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang lokal, pasar
modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas
yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian yang ketat sehingga
barang yang tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan di tolak. Dari segi
kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang
terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti. Pasar
modern juga mmberikan pelayanan yang baik dengan adanya pendingin udara yang
sejuk, suasana nyaman dan bersih, display barang perkategori mudah dicapai dan
relatif lengkap, informasi produk tersedia melalui mesin pembaca, adanya
keranjang belanja atau keranjang dorong serta ditunjang adanya kasir dan
pramuniaga yang bekerja secara profesional. Rantai distribusi pada pasar ini
adalah produsen – distributor – pengecer/konsumen.
Perubahan gaya hidup konsumen dalam perilaku membeli barang
diantaranya dipengaruhi oleh kemudahan dan penjaminan mutu dari pasar modern,
diantaranya:
Melalui
skala ekonominya, pasar modern dapat menjual lebih banyak produk yang lebih
berkualitas dengan harga yang lebih murah.
Kedua, informasi daftar harga setiap
barang tersedia dan dengan mudah diakses publik. Pasar modern menyediakan
lingkungan berbelanja yang lebih nyaman dan bersih, dengan jam buka yang lebih
panjang, dan menawarkan aneka pilihan pembayaran seperti kartu kredit untuk
peralatan rumah tangga berukuran besar. Produk yang di jual dipasar modern,
seperti bahan pangan, telah melalui pengawasan mutu dan tidak akan dijual bila
telah kadaluwarsa.
H.
Perbedaan Pasar Modern Dan Pasar Tradisional
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern
dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang
berkembang di masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tetapi sudah
merambah di kota kecil di tanah air, sangat mudah menjumpai mini market,
supermarket bahkan hypermart di sekiatar tempat tinggal kita. Tempat-tempat
tersebut menjanjikan tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah
menariknya.
Namun demikian, pasar tradisional ternyata masih mampu untuk
bertahan dan bersaing di tengah serbuan pasar modern dalam berbagai
bentuknya. Berikut beberapa perbandingan antara pasar modern dan pasar
tradisional:
1
Karakter
atau budaya konsumen, Meskipun informasi tentang gaya hidup modern dengan mudah
diperoleh, tetapi tampaknya masyarakat masih memiliki budaya untuk tetep
berknjung dan berbelanja ke pasar tradisional. Perbedaan itulah di pasar
tradisional masih terjadi proses tawar menawar harga, sedangkan di pasar modern
harga sudah pasti ditandai dengan label harga.
2
Revitalisasi
pasar tradisional, Pemerintah seharusnya serius dalam menata dan mempertahankan
eksisitensi pasar tradisional. Pemerintah menyadari bahwa keberadaan pasar tradisional
sebagai pusat kegiatan ekonomi masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas.
Dan karenanya hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah. Gambaran
pasar seperti di atas harus di ubah menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi
pengunjung dengan demikian masyarakat dari semua kalangan akan tertarik untuk
datang dan melakukan transaksi di pasar tradisional.
3
Regulasi,
pemerintah memang mempunyai hak untuk mengatur keberadaan pasar tradisional dan
pasar modern. Tetapi aturan yang dibuat pemerintah itu tidak boleh
diskriminatif dan seharusnya tidak membuat dunia usaha mandek. Pedagang kecil,
menengah, besar, bahkan perantaraan ataupun pedagang toko harus mempunyai
kesempatan yang sama dalam berusaha.
Di zaman resesi seperti saat ini,
orang harus lebih cermat dan bijak membelanjakan setiap sen uang, termasuk
ketika membeli kebutuhan hidup sehari-hari. Jika selama ini terbiasa berbelanja
bulanan di supermarket seperti Carrefour Kramat Jati atau pasar modern lainnya,
sudah waktunya melirik kemungkinan berbelanja di pasar tradisional Kramat Jati.
Selain lebih murah, Anda pun bisa turut membantu meningkatkan taraf
kesejahteraan para pedagang kecil.
Sebagai bahan pertimbangan, berikut
ini Media Perempuan juga memberikan sejumlah perbandingan untung-rugi berbelanja
di pasar tradisional versus pasar modern:
1
Harga
barang
Barang-barang
yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern memiliki perbedaan harga yang
cukup signifikan. Harga suatu barang di pasar tradisional bahkan bisa sepertiga
dari harga barang yang sama yang dijual di supermarket, terutama untuk
produk-produk segar seperti sayur-mayur serta bumbu-bumbu dapur seperti bawang
merah, bawang putih, jahe, lengkuas, merica, cabai merah, cabai rawit, dan lain
sebagainya.
2
Tawar
menawar
Berbelanja
di pasar tradisional memungkinkan pembeli untuk menawar harga barang-barang
hingga mencapai kesepakatan dengan pedagang. Jika cukup pintar menawar, Anda
bisa mendapatkan barang dengan harga yang jauh lebih murah. Sedangkan di pasar
modern, pembeli tidak mungkin melakukan tawar menawar karena semua barang telah
dipatok dengan harga pas.
3
Diskon
Untuk urusan
diskon, sejumlah supermarket memang sering memberikan berbagai penawaran yang
menggiurkan. Akan tetapi, perlu diperhatikan apakah hal tersebut merupakan
rayuan terselubung (gimmick) agar pembeli bersikap lebih konsumtif. Tak jarang,
orang menjadi lapar mata ketika berbelanja di supermarket dan tergoda membeli
barang-barang yang tidak mereka butuhkan.
4
Kenyamanan
berbelanja
Untuk urusan
kenyamanan, berbelanja di pasar modern memang jauh lebih nyaman ketimbang
berbelanja di pasar tradisional. Berbagai supermarket memiliki area yang lebih
luas, bersih, rapi, dan dilengkapi dengan pendingin ruangan. Sedangkan pasar
tradisional menempati area yang lebih sempit, sumpek, sesak, dan tak jarang
menguarkan bau kurang sedap.
5
Kesegaran
produk
Untuk
produk-produk segar seperti daging, ikan, sayur-mayur, telur, dan lain
sebagainya, pasar tradisional biasanya menyajikan produk yang jauh lebih segar
ketimbang supermarket, karena belum ditambahkan zat pengawet. Logikanya,
pedagang di pasar tradisional memiliki dana yang cukup terbatas sehingga hanya
mampu membeli pasokan barang dengan jumlah tidak terlalu banyak. Dengan
demikian, produk-produk yang dijual pun lebih terjaga kesegarannya.
Perbedaan
pasar tradisional dengan pasar modern
Pasar
traditional
|
Pasar
modern
|
·
Pembentukan
harga di tetapkan antara kesepakatan penjual dan pembeli
·
Masih
terjadinya tawar menawar
·
Pembeli
masih di layani secara langsung oleh penjual
|
·
Harga
sudah di tetapkan oleh pasar tersebut
·
Tidak
dapat di tawar karena hargta sudah di tentukan
·
Pembeli
melayani sendiri dan mengambil sendiri apa yang di butuhkan
|
I.
PERMASALAHAN DALAM PASAR TRADISIONAL
DAN PASAR MODERN
a.
Permasalahan Pasar Tradisional
Pasar
tradisional selama ini kebanyakan terkesan kumuh, kotor, semrawut, bau dan
seterusnya yang merupakan stigma buruk yang dimilikinya. Namun demikian sampai
saat ini di kebanyakan tempat masih memiliki pengunjung atau pembeli yang masih
setia berbelanja di pasar tradisional. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa
banyak juga pasar tradisional yang dalam perkembangannya menjadi sepi,
ditinggalkan oleh pengunjung atau pembelinya yang beralih ke pasar moderen.
pasar tradisional,
seringkali mengakibatkan sebagian dari para pengunjung mencari alternatif
tempat belanja lain, di antaranya mengalihkan tempat berbelanja ke pedagang
kaki lima dan pedagang keliling yang lebih relatif mudah dijangkau (tidak perlu
masuk ke dalam pasar). Bahkan kebanyakan para pengunjung yang tergolong di
segmen berpendapatan menengah bawah ke atas cenderung beralih ke pasar moderen,
seperti pasar swalayan (supermarket dan minimarket) yang biasanya lebih
mementingkan kebersihan dan kenyamanan sebagai dasar pertimbangan beralihnya
tempat berbelanja.
Seringkali
dikesankan bahwa perilaku pedagang yang menjadi penyebab utama terjadinya
kondisi di kebanyakan pasar tradisional memiliki stigma buruk. Sebaliknya, di
lapangan di lapangan dijumpai peran pengelola pasar terutama dari kalangan
aparatur pemerintah dalam mengupayakan perbaikan perilaku pedagang pasar
tradisional masih sangat terbatas. Banyak penyebab yang melatarbelakangi
kondisi ini. Dimulai dari keterbatasn jumlah tenaga dan kemampuan (kompetensi)
individu tenaga pengelola pengelola serta keterbatasan kelembagaan (organisasi)
pengelola pasar untuk melakukan pengelolaan pasar dan pembinaan pedagang,
Selanjutnya
permasalahan yang dihadapi oleh para pengelola pasar di lapangan tidak terlepas
dari Kebijakan pimpinan daerah dan para pejabat di bawahnya (Kepala Satuan
Kerja Perangkat Daerah-SKPD) di tingkat Kabupaten atau Kota. Dari kebijakan
yang dikeluarkan dapat diketahui kepedulian mereka terhadap pasar tradisional
berserta para pedagang di dalamnya dan para Pedagang Kaki Lima (PKL). Seperti
diketahui pembiaran PKL dapat menyebabkan gangguan terhadap pasar tradsional
dan para pedagang di dalamnya, sehingga para PKL juga perlu ditata dan dibina
seperti halnya dengan pasar tradisional dan para pedagangnya.
b. Permasalahan
pasar modern
Perkembangan
zaman menuntut keefisienan dan keefektifan dalam semua bidang. Keberadaan
modernisasi yang tentu dipahami juga akibat desakan kekuatan kapitalis modern
mendorong berdirinya pasar modern di tengah – tengah masyarakat Indonesia.
Dalam jangka waktu singkat, para pelaku usaha ritel modern dengan kemampuan
kapital yang luar biasa memanjakan konsumen dengan berbagai hal positif terkait
kenyamanan saat berbelanja, keamanan, kemudahan, variasi produk yang kian
beragam, kualitas produk yang makin meningkat, dan harga yang makin murah
karena adanya persaingan.
Tetapi,
meskipun kontribusi pasar modern terhadap pertumbuhan industri ritel di
Indonesia menguntungkan konsumen, pertumbuhan ritel modern ternyata
mendatangkan persoalan tersendiri berupa kian tersingkirnya hasil pertanian,
perikanan, dan peternakan dalam negeri dari meja makan masyarakat Indonesia.
Pasar modern memiliki standar kualitas yang tak mampu dipenuhi oleh hasil
pertanian Indonesia, sehingga untuk kebutuhan pangan yang sebenarnya sudah ada
di Indonesia, seperti daging, sayur, dan buah pun, harus didatangkan dari luar
negeri agar mampu memenuhi standar kualitas mereka.
Di sisi lain,
nasib pasar tradisional yang menjadi saluran distribusi utama hasil pertanian
rakyat Indonesia, saat ini berada di ujung tanduk karena tak mampu bersaing
dengan pasar modern. Padahal tidak sedikit masyarakat yang menggantungkan
hidupnya kepada pasar tradional. Ketika dilanda krisis ekonomi, pasar
tradisional mampu menjadi penopang hidup sebagian masyarakat Indonesia, baik
yang berprofesi sebagai pedagang, maupun para petani yang hanya mampu
memasarkan hasil pertaniannya lewat pasar rakyat ini. Dengan semakin
tergerusnya pasar tradisional berimbas pada para pemasok lokal yang pada
umumnya tidak bisa masuk ke pengecer besar.
Pertumbuhan
pasar modern terbukti membahayakan posisi pasar tradisional dan ritel-ritel
tradisional lain di sekitarnya.. Sebagai akibat kebijakan Pemda yang
mengijinkan pembangunan banyak pasar modern, menurut Asosiasi Pedagang Pasar
Seluruh Indonesia (APPSI), sejak tahun 2004, delapan pasar di Jakarta tutup
karena ditinggalkan pembelinya dan overhead cost cukup tinggi,
yaitu pasar Blora, Cilincing, Cipinang Baru, Kramat Jaya, Muncang, Prumpung
Tengah, Sinar Utara dan Karet Pedurenan. Pedagang yang menganggur diperkirakan
sedikitnya mencapai 2.100 pedagang. Pedagang yang bertahan sampai saat ini
mengalami penurunan omzet hingga 75 persen. Sedangkan pasar-pasar tradisional
lain di wilayah Jakarta, tingkat huniannya hanya 40-60% serta ditinggalkan
pembelinya. Catatan APPSI menyebutkan, dari keseluruhan 151 pasar tradisional
di Jakarta, terdapat 51 pasar yang berdekatan dengan pasar modern dan yang
berdekatan dengan hipermarket ada 45 pasar, dengan rata-rata radius kedekatan
kurang dari 2,5 km. Contohnya pasar Mede dan Pasar Pondok Pinang, Pondok Indah
berdekatan dengan Carrefour dan Giant Lebak Bulus. Di Cempaka Mas, Carrefour
berdekatan dengan Pasar Cempaka Putih, Pasar Gembrong dan Pasar Sumur Batu. Di
Depok, dalam radius lima kilometer dari terminal Depok terdapat tiga pasar
tradisional (Pasar Kemiri Muka, Pasar Depok Jaya dan Pasar Lama) dan disekitar
itu pula di bangun 5 pasar modern (Margocity, Depok Town Square, Plaza Depok,
Mall Depok, dan ITC Depok ).
Banyak kasus
yang terjadi bukan hanya di Jakarta, tetapi hampir seluruh wilayah di Indonesia
pasar tradisional dan pasar modern mengalami hal serupa. Hingga tahun 2006,
berdasarkan data AC Nielsen pasar di Indonesia mengalami pertumbuhan mencapai
31,4 % per tahun, sedangkan pasar tradisional menyusut hingga 8,1 % per tahun.
Hasil penelitian TN. Sofres di Hongkong, meskipun pasar tradisional tetap
bertahan tetapi terjadi penurunan jumlah pelanggan. Ini diakibatkan adanya
promosi yang dilakukan pasar modern yang sangat gencar. Padahal Hongkong telah
menerapkan regulasi tata wilayah pendirian pasar modern tidak boleh berdekatan
dengan pasar tradisional.
Sangatlah
mengenaskan ketika pasar tradisional harus dihadapkan pada pasar modern “face
to face” dan lebih tragis lagi hampir tidak adanya keberpihakan pemerintah
kepada pasar tradisional, berakibat pada kian menajamnya kesenjangan sosial.
Pemerataan pendapatan takkan tercapai jika media utama aktivitas perekonomian
rakyat ekonomi lemah, dibiarkan tersisih. Pemberdayaan pasar tradisional
sebagai wadah ekonomi mikro mutlak diperlukan.
J. PERAN
PEMERINTAH BAGI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN
K. Peran
Pasar
Bagi
Ekonomi
Suatu
Negara
Pasar tradisional menjadi
salah satu jantung perekonomian masyarakat. Kedudukan pasar tradisional masih
tetap penting dan menyatu dalam kehidupan masyarakat. Banyak masyarakat yang
masih membutuhkan pasar tradisional dalam mencari pendapatan dan juga kebutuhan
dalam transaksi jual beli. Pesatnya pembangunan pasar modern dirasakan oleh
banyak pihak berdampak terhadap keberadaan pasar tradisional.
Persoalan
tersebut menjadi pembahasan dalam acara Dialog "Forum Senator untuk
Rakyat" hari Minggu, 17 Mei 2015 di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta, dengan
tema "Ekonomi Kerakyatan Dalam Bingkai Nawacita". Dialog tersebut
menghadirkan Irman Gusman (Ketua DPD RI), Rahmat Gobel (Menteri Perdagangan
RI), Daniel Johan (Anggota DPR), Syahganda Nainggolan (Ketua Dewan Direktur
Sabang Merauke Circle), dan Abdullah Mansyuri (Ketua Ikatan Pedagang Pasar
Indonesia).
Irman
berpendapat bahwa untuk dapat merefleksikan ekonomi kerakyatan, pemerintahan
harus mendasarkan pada rakyat, salah satunya adalah pasar tradisional.
Keberpihakan terhadap pasar tradisional dapat menunjang pertumbuhan ekonomi
nasional. "Saat ini pertumbuhan (ekonomi) terdapat pada beberapa elite
ekonomi saja, pertumbuhan ekonomi kita hanya semu", ujar Irman saat
menjelaskan mengenai kondisi ekonomi yang kurang berpihak pada rakyat.
Irman
Gusman berpendapat bahwa, sebenarnya pondasi dari perekonomian nasional adalah
pasar tradisional. "Setelah ekonomi kolaps, di beberapa daerah tumbuh
kegiatan perekonomian dari rakyat yang berupa pasar tradisional yang memberikan
kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi", ujarnya.
Irman
menambahkan bahwa pedagang dan pasar tradisional harus benar-benar diperhatikan
oleh Pemerintah dalam membangun ekonomi kerakyatan. "Perhatian yang khusus
harus diberikan oleh pemerintah kepada pasar tradisional dalam konsep Ekonomi
Kerakyatan Nawacita, dan tugas kami di DPD RI adalah mengawasi Nawacita bisa
dilaksanakan, khususnya pada aspek pasar tradisional", ujar Irman.
Senada
dengan Irman Gusman, Abdullah juga menyatakan bahwa saat ini kehidupan pedagang
pasar tradisional sangat memprihatinkan. "Karena mereka harus membayar
berbagai iuran dan retribusi yang sangat tinggi. Uang retribusi yang dibayarkan
oleh pedagang ke Pemda, tidak dikembalikan lagi ke pasar tradisional. Hal
tersebut yang menjadi penyebab kondisi lingkungan pasar yang
memprihatinkan", ujarnya.
Selain
itu, para pedagang di pasar tradisional juga mengalami persoalan lain, salah
satunya dengan keberadaan pasar modern. Abdullah mengatakan bahwa untuk dapat
mengembalikan kondisi pasar tradisional agar menjadi vital lagi, keberadaan
pasar modern harus diatur dengan peraturan yang jelas. Mulai dari barang yang
dijual, penempatan, atau jam operasional dari pasar modern. Permasalahan lain
yang dihadapi oleh pedagang pasar tradisional adalah susahnya akses terhadap
permodalan.
Penanganan
terhadap permasalahan pasar tradisional juga berpengaruh terhadap permasalahan
kemiskinan. Keberadaan pasar tradisional memberikan wadah jual beli bagi
sebagian masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani dan nelayan. Oleh
karena itu, dengan adanya vitalisasi dari pasar tradisional, maka juga akan
memberikan keuntungan bagi para petani dan nelayan. "Indonesia akan gagal
mengatasi kemiskinan jika para petani dan nelayan tidak diperhatikan, karena
peran mereka sangat besar di Indonesia, ucap Daniel.
Daniel
juga mengungkapkan bahwa kemiskinan hanya bisa diatasi kalau Indonesia bisa
mengangkat harkat martabat dan kehidupan dari petani dan nelayan dengan
membangun desa. Semua aktivitas berawal dari desa, mulai dari petani, nelayan,
pedagang. Jumlah masyarakat yang berprofesi sebagai petani atau nelayan sangat
besar, maka jika kelompok tersebut menjadi sektor strategis dalam membangun
ekonomian nasional, maka pertumbuhan ekonomi akan tercipta.
Menanggapi
persoalan dalam permasalahan di pasar tradisional dalam konsep ekonomi
kerakyatan, Rahmat Gobel menyatakan bahwa saat ini Pemerintah sebenarnya juga
menyadari peranan dari pasar tradisional terhadap pertumbuhan perekonomian.
"Ekonomi kerakyatan yang sesuai dengan kerangka nawacita adalah komitmen
dari pemerintah yang harus diwujudkan", ujar Rahmat.
Untuk
dapat menghidupkan kembali pasar sebagai aspek vital perdagangan, maka
diperlukan sebuah penataan dan manajemen yang baik. Pasar harus mampu menjadi
area transaksi perdagangan dengan manajemen yang jauh lebih lebih baik dari
sekarang. Mulai dari manajemen suplai barang agar lebih lengkap, kebersihan dan
kenyamanan, dan pasar dijadikan sebagai area yang mampu membuat masyarakat
untuk datang.
"Pemerintah
juga akan memfokuskan pada kesiapan pasar dalam menghadapi era globalisasi juga
harus diperhatikan", ujar Rahmat Gobel. Rahmat menambahkan bahwa untuk
tetap menjaga keberadaan pasar tradisional dalam kerangka nawacita adalah
dengan adanya upaya dari berbagai pihak, terutama dalam menciptakan swasbada
pangan. Mulai dari kebijakan impor, peningnkatan hasil bumi, peningkatan usaha
mikro, dan peningkatan konsumsi produk dalam negeri.
Peran
pasar sebenarnya sangat vital bagi perekonomian nasional. Selain menjadi
pondasi dasar perekonomian, pasar tradisional juga mampu digunakan untuk
memaksimalkan hasil bumi yang dikelola para petani. Tentunya saat ini
keberadaan pasar harus benar-benar diperhatikan, terutama mengenai kesiapan
dalam menyambut era globalisasi. Jika tidak, maka kedepannya pasar akan kalah
dengan keberadaan pasar modern. DPD RI sendiri telah cukup lama memberikan perhatian
mengenai keberadaan pasar tradisional sebagai pondasi perekonomian
nasional.
Bentuk perhatian tersebut
terlihat saat Irman Gusman mencanangkan gerakan nasional belanja ke pasar
tradisional di Solo pada awal tahun 2014. Gerakan tersebut merupakan bentuk
kepedulian Irman Gusman dan DPD RI karena adanya keprihatinan dan kegelisahan
pedagang pasar tradisional yang kini semakin kalah bersaing dengan keberadaan
pasar ritel modern, baik berupa mini market dan Mall yang tumbuh subur di
perkotaan dan pedesaan.